Kamis, 31 Januari 2013

WUJUDKAN VISI DAN MISI DENGAN INOVASI



Perkembangan industri di negeri ini semakin hari semakin sangat terasa pertumbuhannya dan semakin variatif. Percepatan pertumbuhan industri yang terjadi banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan modernisasi. Industri-industri lokal pun beralih dikuasai oleh pemodal asing. Akibatnya, persaingan pasar semakin ketat dan orientasi pencapaian profit menjadi target utama tiap-tiap industri. Mereka semakin berpacu dan berkompetisi untuk mewujudkan visi dan misi masing-masing. Hingga tujuan untuk kemajuan perekonomian nasional dan pencapaian kemakmuran rakyat semakin terabaikan.

Tak dapat dipungkiri bahwa banyaknya persaingan di dunia industri telah menggeser fungsi dan potensi beberapa sektor lokal lainnya, terutama sektor pertanian. Keaslian bangsa Indonesia yang bermula sebagai negara agraris mulai redup. Sektor pertanian sudah kurang mendapat perhatian. Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas masih bergelut dengan pertanian. Sisi pertanian yang semakin terlupakan semakin kurang menampakkan potensinya. Dan rakyat semakin jauh dari kemakmuran. Untuk itu, perlu kiranya kita sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam memajukan perekonomian secara keseluruhan untuk bisa memikirkan dan mengerjakan segala hal demi kepentingan dan kemakmuran bersama. 

Negara Indonesia telah dikenal dunia sebagai negara agraris. Sebagai negara yang memiliki citra yang berbasis pertanian, tentu kita telah melihat secara nyata bahwa sektor pertanian di Indonesia memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Hasil bumi dari sektor pertanian inipun sangat membantu terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat Indonesia. Dulu, sektor pertanian lebih mengandalkan hasil produksi padi. Namun, seiring perkembangannya, sektor pertanian telah berintegrasi dengan sektor perkebunan dalam memproduksi bahan-bahan pangan kebutuhan pokok. Sejarah juga telah mencatat bahwa dua sektor ini telah memberikan banyak sumbangsih bagi kemajuan perekonomian bangsa dan negara. Potensi yang sudah ada ini layak mendapatkan perhatian khusus dan tidak bisa kita abaikan.

Sebagai negara yang memiliki potensi besar atas hasil pertanian dan perkebunan, instansi pemerintah yang bertanggung jawab atas pengelolaan dua sektor tersebut diharapkan mampu mengembangkan usahanya. Pada sektor perkebunan, hasil kebun seperti kelapa sawit, karet, kakao, jagung, tembakau, teh, gula, dll telah berkembang menjadi produk yang mampu bersaing dipasaran. Negara kita telah mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyat dan mampu mengekspor hasil pertanian maupun perkebunan tersebut. Hal ini sangat mendukung kemajuan perekonomian dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan. Dan PTPN, sebagai salah satu BUMN yang dibentuk sebagai organisasi pengelola sektor perkebunan, memiliki peran penting bagi pertumbuhan perekonomian. Dari hasil produk perkebunan itu sendiri, PTPN telah mampu menjadi sumber devisa. Dan sebagai bagian dari BUMN, PTPN juga mampu memberikan peluang terbukanya lapangan pekerjaan. Masyarakat sekitar perkebunan baik yang memiliki lahan maupun yang tidak memiliki lahan dapat dipekerjakan tanpa harus memiliki kemampuan khusus. Hal ini menjadi strategi dalam memaksimalkan perannya sebagai bagian BUMN yang terpercaya. Dari hasil perkebunan dan peluang yang diciptakan, PTPN juga telah mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ini menjadi satu solusi yang dapat mengatasi kemiskinan dan pengangguran yang ada di Indonesia. Dan semakin berkurangnya pengangguran, lambat laun kemakmuran rakyat semakin meningkat.

Sumbangsih PTPN dalam mengatasi masalah kemiskinan dan ketenagakerjaan tidak bisa dikatakan sedikit. Tentu, ini menjadi sebuah prestasi yang bisa dijadikan contoh bagi industri sektor lain yang belum mampu memberikan kontribusinya pada rakyat dan negara. Di sisi lain, produk perkebunan juga menjadi satu celah pengembangan usaha yang berkerakyatan. 

Kita mengetahui, selama ini PTPN sebagai penghasil gula, kakao, coklat, jagung, teh, kedelai, dll. Hasil produksi pangan tersebut masih dinikmati dan dikonsumsi oleh masyarakat luas sebagai produk jadi yang langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Seperti gula. Hasil produksi gula dari PTPN yang beredar di masyarakat masih berupa gula putih. Sedangkan perkembangan dunia industri saat ini semakin inovatif. Melihat kondisi ini, PTPN tidak bisa tinggal diam. Perlu adanya inovasi dalam produksi gula. Produk hasil perkebunan tersebut harus dapat diolah kembali menjadi produk yang lebih inovatif. Inovasi produk ini diharapkan akan mampu memberikan nilai tambah (value added) dan menjadi produk yang berbeda dipasaran. Peluang usaha inovasi produk ini pun menjadi semakin terbuka lebar sebagai produk consumer goods berbahan baku hasil kebun.

Saat ini, inovasi produk memang menjanjikan bagi sektor manapun. Dan bagi PTPN sendiri, hal ini akan menjadi tantangan baru untuk terus berinovasi. Mengingat pangsa pasar industri berbahan dasar gula sudah mulai bermunculan. Hal ini jelas akan semakin memperpanjang deretan persaingan di pasar industri. Untuk dapat bersaing, PTPN harus mampu menciptakan produk yang berbeda dan lebih fresh dari produk-produk yang sudah ada sebelumnya.

Gula sebagai produk yang bisa dikatakan sebagai komoditas utama perkebunan dibawah naungan PTPN menjadi satu dari beberapa produk andalan PTPN. Kualitas gula produksi lokal yang kita punya memang tidak kalah dari gula import. Namun tak sedikit pula masyarakat yang masih memilih gula import dari pada gula lokal. Ketertarikan masyarakat dalam memilih gula import harus menjadi bahan evaluasi bagi PTPN sebagai produsen penghasil gula lokal. Dan untuk menarik minat masyarakat agar tidak beralih pada produk import, maka gula lokal tidak hanya hadir ditengah masyarakat sebagai gula biasa saja. Dari segi harga, kualitas dan kemasan yang selama ini masih kontemporer, harus lebih menjadi perhatian dari PTPN sendiri agar tidak kalah bersaing dengan gula import. 

Kita sudah sangat mengenal apa dan bagaimana produk-produk import yang beredar di negeri ini. Masyarakatpun tak segan-segan untuk beralih minat pada produk import tersebut. Hal ini terjadi karena lasyarakat Indonesia kini sudah sangat kritis dan sangat pintar dalam memilih produk. Ditambah lagi dengan pola konsumtif yang menjadi trend masa kini. Juga tradisi “ikut-ikutan” sudah menjadi semakin marak. Kehadiran produk baru dengan brand/merek yang sudah tidak asing di telinga masyarakat dengan sendirinya akan menjadi magnet yang mampu menarik hati masyarakat luas. Begitu juga dengan gula. Tentu masyarakat luas sudah mengetahui secara pasti gula lokal. Masyarakat sudah dapat menilai bagaimana harga, rasa, dan kemasan gula lokal yang kita punya. Dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan gula lokal, ditambah dengan rasa yang lebih manis, tentu masyarakat akan memilih gula import. Dan saat ini, tingginya harga masih menjadi keluhan masyarakat. Begitu juga dengan rasa dan kemasan. Tak jarang kita mendengar gula lokal kurang manis. Bahkan untuk membuat Teh atau Kopi segelas, kita harus membubuhkan gula beberapa sendok hingga rasa manisnya lebih terasa. Tentu hal ini berpengaruh pada konsumsi masyarakat terhadap gula. Masyarakat harus menyediakan gula berlebih agar mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Tingginya harga gula lokal menjadi hambatan tersendiri bagi mereka yang penghasilannya dibawah rata-rata. Kondisi seperti ini tidak bisa biarkan begitu saja. PTPN harus tahu betul kondisi masyarakat Indonesia saat ini dan tidak hanya berorientasi pada profit semata.

Untuk dapat menyeimbangkan antara kebutuhan masyarakat dan peluang PTPN dipangsa pasar, perlu adanya kerja sama antara masyarakat dengan PTPN itu sendiri. Dalam hal ini adanya jalinan hubungan kemitraan yang dapat difungsikan melalui usaha mikro. Melalui kerja sama kemitraan ini, dapat membuka komunikasi yang lebih luas antara masyarakat dan pihak PTPN. Dengan terbukanya komunikasi tersebut, diharapkan PTPN sebagai produsen kebutuhan pangan yang berupa gula dapat mengetahui selera masyarakat luas. Kerja sama ini juga diharapkan dapat terjalin secara mutualisme. Disatu sisi, PTPN mampu memenuhi target produksi, penjualan maupun profit mereka,  dan disisi lain masyarakat sendiri dapat terpenuhi kebutuhannya tanpa menimbulkan keluhan dan kekecewaannya sebagai konsumen. Dengan demikian, apa yang menjadi visi dan misi dari PTPN sendiri dapat tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar