Tak terasa tahun 2012 telah terlewati.
Issue kiamat 2012 yang pernah menggemparkan dunia karena adanya anggapan kiamat
akan terjadi telah terbantahkan. Karena ternyata, hingga detik ini, proses
hidup dan kehidupan masih berjalan. Karena jika kiamat itu benar terjadi, maka
mahluk hidup yang ada dibumi serta isinya akan hancur dan luluh lantak. Dan
kehidupan dimuka bumi ini telah terhenti. Namun fakta akan selalu berbicara.
Tak ada yang bisa menebak atau mendahului takdir. Meski tak bisa dipungkiri
tentang kiamat itu pasti terjadi. Namun kapan waktunya, itu lah yang masih
menjadi misteri.
Kiamat memang belum memasuki fase dalam kehidupan
manusia saat ini. Namun tanda-tanda akan berakhirnya proses kehidupan dimuka bumi
sudah mulai terlihat. Berbagai malapetaka sudah datang silih berganti.
Sederatan bencana di tahun 2013 ini sudah menanti. Banjir bandang, badai angin
puting beliung, mencairnya es dikutub utara, kemarau berkepanjangan,
meningkatnya suhu lautan dan bencana-bencana
lain semakin menghiasi hari-hari manusia. Bencana itu terjadi bukan kemauan
alam yang tanpa sengaja. Alam yang saat ini sedang tidak bersahabat dengan bumi dan manusia adalah unsur kesengajaan.
Ulah manusia yang tak berpikir panjang dan berpandangan luas. Pengambilan sikap
dan keputusan dari setiap tindakan dan perilaku manusia kini hanya memikirkan keuntungan
dan kesenangan hidup sesaat. Seperti pembangunan rumah kaca, penebangan hutan
tanpa penanaman kembali, penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti
batu bara, minyak bumi, dan gas bumi yang terus menerus telah menjadi memicu
terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global yang kita rasakan ini adalah
dampaknya. Dan efek dari pemanasan global ini sendiri telah berwujud menjadi bencana
alam itu sudah kita rasakan. Bumi telah rusak. Dan manusia terkena imbasnya.
Perubahan iklim telah merubah pola hidup
manusia. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS), selama
abad 20, Indonesia mengalami peningkatan rata-rata udara dipermukaan tanah
0,5˚C. Jika dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di
Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0˚C antara tahun 2020 hingga
2050. Peningkatan suhu udara ini adalah dampak dari perubahan iklim akibat
pemanasan global. Kondisi ini membawa perubahan dalam pola hidup masyarakat.
Diantaranya:
1.
penurunan
hasil pertanian dan perkebunan akibat dari
cuaca yang tak menentu dan buruknya cuaca. Bahkan perubahan cuaca juga
menyebabkan para petani gagal panen. Dari penurunan hasil pangan tersebut,
harga pangan di masyarakat semakin meningkat. Dan masyarakat dengan penghasilan
rendah semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
2.
Adanya
peningkatan suhu panas bumi menuntut adanya penggunaan energi yang berlebih.
Dan tentu hal ini akan memicu lebih banyak lagi emisi.
3.
Semakin
sedikitnya ketersediaan sumber mata air di bumi. Hal ini menyebabkan kurangnnya
ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk keperluan
sehari-hari. Keterbatasan air bersih ini mempengaruhi tindakan dan perilaku masyarakat ke dalam
pola hidup yang tidak bersih dan tidak
sehat. Akibatnya kesehatan masyarakat terganggu dan timbul berbagai macam
penyakit.
4.
Akibat
banjir bandang yang tidak hanya membawa kiriman air, namun juga membawa sampah dan
material lain menyebabkan sampah memasuki pemukiman padat penduduk. Penumpukan
sampah dan material yang tak terkendali ini membuat sampah membusuk dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dan akibatnya timbul berbagai macam
penyakit. Bencana banjir juga membawa dampak kerusakan pada infrastruktur.
Kegiatan dan rutinitas masyarakat semakin terhambat dan terganggu.
Bencana akibat perubahan iklim ini sudah
tidak bisa dihindari lagi. Penderitaan yang masyarakat rasakan ini juga tidak
bisa dibiarkan begitu saja. Petaka dan bencana memang sudah sering terjadi, dan
dapat dikatakan bahwa bencana yang terjadi sepanjang tahun bagai tradisi yang
sudah biasa terjadi. Fakta dari pengalaman bencana yang sering terjadi tentu
dapat menjadi pelajaran penting untuk mencari jalan keluar dan solusi yang
lebih bijak.
Untuk mengurangi perubahan iklim yang
semakin buruk, banyak hal yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah:
1.
Memperlambat
pertumbuhan emisi dibeberapa negara industri.
2.
Melindungi
hutan tropis, hutan sub tropis, dan melakukan upaya menggalakkan hutan mangrove
kembali. Hal ini sangat membantu untuk menstabilkan kembali perubahan iklim
yang saat ini terjadi. Dan seberapapun mahalnya langkah ini, realisasi akan
terlaksananya sangat di nanti dan menjadi satu titik terang bagi penyelamatan
bumi dan penghuninya.
3.
Penolakan
secara tegas atas tindakan beberapa negara dalam penggunaan tenaga nuklir untuk
berbagai kepentingan. Ini penting untuk mencegah semakin memburuknya iklim di
bumi.
4.
Memberdayakan
penggunaan energi baru dapat menjadi satu alternatif yang paling efektif dan
efisien. Misalnya pendayagunaan energi air, angin, bahkan sinar matahari yang
dapat diekploitasi secara tepat guna dengan kecanggihan technologi yang ada saat
ini.
5.
Mengurangi
penggunaan rumah kaca yang berlebihan.
Langkah-langkah untuk memperbaiki iklim
yang telah berubah memang harus segera dilakukan. Dan disisi lain, pengalaman
dalam mengatasi bencana akibat perubahan iklim juga perlu mendapat perhatian
khusus. Karena dari berbagai pengalaman yang pernah terjadi, penanggulangan
bencana yang ada di Indonesia tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Tindakan pemerintah dan pihak-pihak
terkait dengan penanggulangan bencana masih dinilai lamban. Pemerintah dapat
berkaca dan belajar pada negara lain yang mampu memberikan penanggulangan
secara cepat dan tepat. Hal ini sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya
korban dan dampak lain di masyarakat seperti trauma berkepanjangan. Karena
kesigapan pemerintah menanggulangi bencana memberi ruang bagi masyarakat untuk
keluar dari kesedihan dan kesulitan.
Berkaca dan bercermin pada kejadian masa
lalu sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setelah
bencana. Dan dalam proses peningkatan ini, perlu adanya peran serta dari pemerintah,
masyarakat luas, dan partisipasi beberapa organisasi peduli bencana dan
lingkungan baik lokal, nasional, dan internasional. Termasuk partisipasi dari
Oxfam sebagai organisasi internasional dengan bidikan visi dan misi akan kepedulian
yang tinggi terhadap dampak pemanasan global. Oxfam adalah konfederasi
internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara
sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan
yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Dan sebagai negara yang
berlangganan bencana, keberadaan Oxfam sangat berperan penting didalamnya. Juga
sebagai stimulus bagi organisasi lain didunia untuk melakukan aktivitas dan
kepedulian yang sama dalam penyelamatan kehidupan manusia. Karena membuat langkah
positif hari ini, akan berbuah ribuan langkah positif lainnya di hari esok dan selamanya.