Jumat, 30 Desember 2011

METAMORPH OF DPD RI


Apa sih yang tidak mungkin didunia ini? Termasuk berandai-andai menjadi anggota DPD RI. Inilah kisahnya.
“Horee. Finally, I found you.” Itulah ungkapan hati kecil saya kala itu. Senyum saya pun mengembang ketika hari itu saya mendapati kursi kehormatan yang saya idamkan selama ini ada didepan mata. Saat itu, saya benar-benar baru menyadari bahwa impian saya menjadi kenyataan. Saya sudah terpilih menjadi anggota DPD RI periode 2009-2013. Berbagai janji saya ucapkan sebelum terpilih menjadi anggota dewan. Termasuk janji ingin mengabdi pada bangsa dan Negara. Hingga akhirnya, saya dilantik. Detik-detik pelantikan menjadi moment istimewa bagi saya. Saya merasa telah menjadi orang besar yang kelak akan bisa mewakili rakyat menuju kesejahteraan yang lebih baik.
Hari-hari baru saya lalui. Layaknya karyawan baru disuatu perusahaan bonafit, saya memulai aktivitas saya dengan mempelajari job description saya sebagai anggota DPD RI. Eits, wait. Ternyata, banyak sekali job description saya di DPD RI ini. No problem. Ini pilihan hidup saya untuk terjun di dunia yang tidak bisa lepas dengan dunia politik ini. Maju terus pantang mundur. Apapun tugasnya, tetap harus saya jalani. Dengan semangat 55, dan dengan bekal organisasi politik yang pernah saya tekuni sebelumnya, saya mencoba menyusun dan membuat rencana. Satu persatu file-file realisasi kinerja anggota DPD RI periode sebelumnya saya buka. “OMG! banyak kalii warisan orang lama.” Mau tidak mau saya sebagai penerus tetap tak bisa menghindari warisan tanggung jawab yang dibebankan kepada saya. Saya anggap ini adalah rejeki buat saya. Toh, saya juga digaji dengan nominal yang tidak sedikit juga untuk melaksanakan tugas berat ini. Yah, setimpal lah antara gaji yang saya terima dan kewajiban-kewajiban saya.
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah hampir 3 tahun saya menduduki salah satu kursi anggota DPD RI. Selama ini pula pundi-pundi saya menggelembung. Iman saya terlalu lemah untuk menolak amplop-amplop itu. Mental saya selalu dan selalu goyah. Bukan lagi sebagai wakil rakyat sepenuhnya, tapi wakil diri sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sendiri. Janji yang sempat saya ucapkan diawal pelantikan telah terlupakan. Saya telah menghianati amanah rakyat. Meski yang saya khianati tidak mengetahuinya, namun apa arti hidup saya jika harus seperti ini. Saya masih punya waktu hingga masa terakhir saya di anggota DPD RI tahun 2013 untuk berbuat baik dan melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh seorang anggota DPD RI. Dengan kesadaran penuh, saya ingin mengembalikan amplop-amplop yang pernah saya terima dulu. Dan saya masih ingat dengan jelas bahwa dana dari amplop itu saya simpan disalah satu rekening bank swasta di Indonesia.
Now, Time is over. Sudah waktunya saya turun tahta. Sudah waktunya pula saya memberi kesempatan kepada generasi selanjutnya untuk mengabdikan diri pada bangsa dan Negara. Saya tidak akan mencalonkan menjadi anggota DPD RI lagi. Bukan karena tugasnya yang berat. Tapi saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama ketika menerima amplop-amplop yang tidak jelas itu. Awalnya, saya merasa kuat iman, namun tak begitu halnya ketika saya dihadapkan langsung dengan iming-iming itu. Saya rasa, cukup sekian saya jadi anggota DPD RI. Menjadi anggota DPD RI adalah pelajaran berharga bagi saya. Dan takkan terulang lagi.