Kamis, 05 Mei 2016

Sebuah Harapan Untuk Calon Suami

Assalamu'alaikum..
Ku memulakan biaca
Moga dirimu, senantiasa di dalam Ridho Ilahi walau di mana jua berada. Tulisan ini ikhlas kucoretkan buat insan yang belum kukenali. Namun.kutetap yakinkan diri bahwa kau pasti kan hadir suatu hari nanti menemaniku mengarungi hidup di dunia yang penuh dengan pancaroba..

Kepada calon suamiku, usiaku kini makin bertambah dari hari ke hari. Harapanku agar tahun-tahun yang berlalu, meski pu memudarkan keremajaanku, namun tidak akan pernah memudarkan ghirah Islamiah yang ada. Mudah-mudahan aku dapat tetap beristiqamah di jalanNya. Syukur jua ku panjatkan karena pergaulanku tetap terjaga dan terbatas.

Seiring berjalannya waktu, aku berusaha mengisi ruang tiap kesempatan yang ada dengan segala kebaikan. Aku semakin yakin berhadapan dengan manusia pelbagai ragam dan rupa. Baru sedikit itulah yang bisa kulakukan sebagai tanda syukurku atas nikmatNya yang tidak terhitung.

Calon suamiku, aku maklum. Bila sampai detik ini kau bekum jua hadir. Aku yakin ketidakhadiranmu semata-mata karena kesibukan melakukan kebaikan dan menjalankan ibadah. InsyaAllah, hal itu akan membuat penantian ini seakan tak pernah ada.

Calon suami..dimanapun kau berada. Jika engkau memang disediakan untukku didunia ini, bila kau sudah siap untuk menambah satu amanah lagi dalam kehidupan ini, yang akan menjadi tanggungjawab di hadapan Allah..Semoga, maka datanglah...

Ikhlas dari : Calon Istrimu..

Adapted by : Mutiara Amaly volume 22

Luahan Hati Wanita

Terlalu sukar meluahkan rasa hati terhadap lelaki. Begitu payah untuk menyatakan hasrat hati. Bagitu kelu indah untuk mengucapkan apa yang kami rasa terhadap lelaki.

kami tidak mengharapkan terlalu banyak dari lelaki, selain kasih sayang dari lelaki yang dikasihi. Kesanggupan lelaki untuk memelihara kebajikan dan kehormatan.

Kami benci lelaki yang terlalu terkhayal dengan kecantikan lahiriyah wanita, lupa akan kecantikan itu hanya bertahan sekejap saja. Kami bukan barang hiasan untuk dinilai sebegitu rupa, kami insan yang diciptakan Allah untuk menghiasai hidup lelaki.

Perhiasan kami bukan emas dan permata, tapi akhlak dan budi untuk menyenangkan hati lelaki. Mengapa lelaki sekarang begitu buta untuk melihat itu semua. Banyak wanita dipinggirkan karena tidak mempunyai rupa paras menawan sedangkan yang cantik jlita dipuja-puja. Adakah semurah itu penilaian lelaki terhadap wanita?

Wahai lelaki, mengapa begitu mudah mengeluarkan kata-kata kasar. Sakitnya hati kami bila mendengarnya. Bukankah lelaki tahu betapa jiwa terlalu lembut, mudah tersentuh. Mengapa selalu lupa ketika marah. Mengapa? Kami tidak ma diperlakukan seperti lelaki, juga seperti insan terpinggir.

Walaupun kehadiran kami dalam hidup lelaki adalah untuk berbakti kepada lelaki, tapi usah diri kami dipandang remeh. Ingatlah tanpa kami takkan lahir lelaki bijak pandai dan ternama, takkan ada pejuang dan perwira.

Hidup lelaki akan sepi tanpa kehadiran kami. Namun masih banyak lelaki hari ini suka menabur janji-janji kosong untuk mendapatkan kasih sayang dari kami. Setelah dapat apa yang diingini, semua janji janji terbang melayang-layang entah kemana. Tinggalkan kami dalam keadaan pengharapan. Mengapa kami diperlakukan begini. Apa salah kami?

Maaf kiranya jika luahan ini mengusik ego lelaki. Bukan niat membangkitkan kemarahan di jiwa lelaki, tapi sekedar menyadarkan sebagian lelaki yang belum sadar sadar. Karena apa yang kita lakukan di dunia ini pasti mendapat balasan dari Allah kelak.

adapted by Mutiara Amaly Volume 22

just to be honest #1

Dear Diary,

Malam ini
Begitu dingin
Dingin yang sangat
Namun dingin ini
Belum bia kalahkan rasa ini

Rasa yang tak seperti kemaren
Rasa yang mulai tak akan lagi berasa

Karna malam ini
Menjawab semua tanya itu
Tanya yang terkadang hadir dalam benak
"Siapakah aku dihatimu?"
"Adakah aku dalam benakmu?"
"Hampakah rasamu saat bersamaku"

Dan ku tahu
Aku tak dihatimu
Aku juga tak ada dalam benakmu
Kau tak pernah merasakan yang sama dengan ku