Selasa, 26 Juni 2012

CEO IDAMAN, TERKENANG SEPANJANG JAMAN

Dalam piramida organisasi perusahaan, CEO berada pada level atas. Posisi yang tak mudah untuk digapai, semakin sulit untuk mempertahankan dan lebih mudah untuk jatuh. Bintang dilangit itu Puluhan..Ratusan..Bahkan ribuan.. Namun satu yang ku tunjuk dari sekian Itu dia bintang bernama “CEO” yang tertancap dilangit biru Penggalan puisi karya pribadi ini gambaran satu keinginan yang tinggi. Impian yang ada dalam deretan impian hidup. I believe I can fly I believe I can touch the sky Yakin, bahwa semua impian dapat digapai ketika keyakinan, usaha dan doa terus-menerus secara istiqomah. “CEO” impian jadi kenyataan. “CEO” sudah ada dalam genggaman. Menjadi CEO, menjadikan sikap dan karakter saya berbeda. Dulu biasa sekarang jadi luar biasa. Oleh karenanya, banyak yang harus saya lakukan. Menyusun skedul hari Senin. Meeting hari Selasa. Melaksanakan program dari Rabu hingga Sabtu. Efektif bekerja enam hari kerja. Bekerja dari jam 08.00 hingga jam 16.00. Menerapkan “say no to overtime”. Lembur hanya untuk yang mengejar deadline laporan keuangan akhir bulan. Tidak ada lembur diterapkan dengan tujuan untuk mendisiplinkan karyawan dalam bekerja. Memaksimalkan waktu bekerja dengan tanpa terbuang sia-sia. Bekerja tanpa banyak bicara. Bekerja dengan hati tanpa sikut-sikutan. Bekerja tepat waktu sesuai dengan jadwal. Punishment ketika telat datang dengan potong gaji dan menambah jam kerja. Bukan ingin bekerja dengan sistem kerja romusha. Namun upaya membudidayakan kedisiplinan dan ketertiban dalam perusahaan. Prestasi. Itulah yang diharapkan dari akhir kedisiplinan dalam bekerja. Karyawan berprestasi akan diberi reward dengan perhitungan penilaian kinerja dalam setahun. Reward berupa piagam dan sejumlah uang tunai yang diberikan setiap tahun dalam acara Year End Meeting. Reward diberikan bukan tanpa alasan. Reward dalam bentuk apapun dapat menjadi pemicu semangat pagi karyawan. Reward tidak hanya berupa benda, namun juga bisa berupa pujian. Pujian termasuk kategori penghargaan murah meriah namun bernilai tinggi. Apalagi pujian itu diberikan dihadapan teman karyawan lainnya. Akan menjadi kebanggan tersendiri bagi yang bersangkutan. CEO itu leader. Leader menjadi sorotan publik. Selalu duduk dibaris depan dan selalu diminta untuk menjadi pembicara dalam acara-acara penting dalam perusahaan. Oleh karenanya, saya selaku CEO selalu mengembangkan kemampuan dan pengetahuan saya terutama tentang motivasi. Saya ingin kehadiran saya ditengah-tengah mereka menjadi seseorang yang mampu memberi motivasi. Memberi semangat dan ingin selalu menyampaikan apa yang saya ketahui. Berbagi pengetahuan agar mereka juga bisa maju. Saya ingin menanamkan pada diri mereka untuk selalu belajar dan belajar. Membuka mata dan telinga pada pengetahuan baru yang bermunculan. Displin. Kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk dilaksanakan. Kesulitan akan hilang jika kita mendidik diri untuk selalu on time dan adil. Bagi saya, disiplin itu dimulai dari datang ke kantor tepat waktu. Bahkan diusahakan bisa datang lebih awal sebelum karyawan lain datang. Dan saat mereka datang, saya sapa mereka dengan “selamat pagi” dan memberikan sedikit senyuman yang tulus. Semua itu saya lakukan tanpa pamrih. Hanya sebagai ungkapan bahwa hidup rukun dan berdampingan dengan beberapa karakter yang berbeda itu ternyata indah dan membuat suasana kantor tidak membosankan. Datang lebih pagi dari karyawan lain juga akan lebih memperlancar aktivitas kita. Dibandingkan dengan karyawan yang suka telat datang, kerja tidak fokus karena takut dimarahi atau kena SP (surat peringatan). Banyak keuntungan yang saya dapatkan dengan posisi CEO di group Bakrie. Secara financial, tak perlu diragukan. Dan hal utama yang menjadi kebanggan saya menjadi CEO bakrie adalah pengalaman yang berharga. Dapat dikatakan, bekerja dengan dasar SWOT membuat saya dapat menilai secara keseluruhan bahwa Group Bakrie itu: 1. Strenght. Group perusahaan Bakrie berdiri sudah lama. Dapat pula dikategorikan sebagai perusahaan yang sudah tua namun tetap eksis. Menjadi bagian dari CEO Group Bakrie menjadikan saya tahu banyak hal dalam bisnis. Banyak pondasi yang menjadikan bisnis Bakrie masih berdiri dan kokoh dikakinya sendiri. Kekuatan itu terletak pada eksistensi Abu Rizal Bakrie atau yang kita kenal dengan sebutan Ical. Kemampuanya dalam berbisnis patut diacungin jempol. 2. Weakness Ada kekuatan ada juga kelemahan. Memang, kelemahan dalam berbisnis selalu ada dan terkadang tak bisa dihindari. Hingga kini kasus lumpur Lapindo masih belum terselesaikan dengan baik. Kasus ini menjadi sandungan besar bagi group Bakrie. Semua kalangan merasakan ketidakadilan akibat menyemburnya lumpur dari bawah tanah itu. Saya, sebagai CEO masih berusaha keras menyelesaikan dengan pihak manajemen. Harapan saya apa yang memang menjadi hak korban lumpur Lapindo dapat segera terselesaikan sampai tuntas. Kekecewaan yang begitu dalam masih dirasakan oleh masyarakat yang menjadi korban Lapindo. Saya dan pihak manajemen sudah mentargetkan penyelesaian kasus lumpur Lapindo dapat selesai akhir tahun ini. Dan masyarakat diharapkan untuk lebih sabar hingga hubungan group Bakrie dengan masyarakat bisa lebih baik. 3. Opportunity Tak banyak orang yang bisa melihat kesempatan. Keberhasilan group Bakrie dalam menjalankan bisnis adalah kepintaran pelaku bisnis dalam memanfaatkan kesempatan. Banyak peluang yang selalu dimanfaatkan oleh Group Bakrie dalam mengembangkan bisnis. Terbukti, Group Bakrie menggeluti berbagai macam bisnis dan semuanya dapat dikategorikan berhasil. 4. Threat Semakin tinggi pohon semakin kencang angin berhembus. Keberhasilan bisnis yang dikelola oleh Group Bakrie bukan tanpa batu sandungan. Batu sandungan selalu hadir bukan hanya sebagai penghalang namun juga sebagai ancaman. Semakin berhasil, semakin banyak pula ancaman yang datang. Salah satu ancaman terbesar Group Bakrie saat ini adalah kasus Lumpur Lapindo dan politik. Kita semua tahu bahwa saat ini Abu Rizal Bakrie menjadi salah satu nama yang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. Tak ada politik yang tak kejam. Menghalalkan segala cara identik dengan kebusukan yang bersembunyi dibalik politik. Akan ada banyak mata yang mengintai majunya Abu Rizal Bakri. Celah untuk meruntuhkan nama besar Bakrie bisa saja dilakukan melalui bisnis. Dan saya, sebagai CEO sebisa mungkin dan bahkan harus memilah antara urusan bisnis dan politik. Bagi saya, bisnis adalah bisnis. Tidak bisa dicampur adukkan dengan politik. Jika ada rival politik yang berusaha merusak reputasi Bakrie dengan berusaha menghancurkan bisnis, saya akan bertindak tegas. Bisnis berjalan karena adanya tim. Bisnis hancur, maka tim tidak akan tinggal diam. Sedangkan masalah politik adalah masalah diluar bisnis yang berkaitan dengan partai. Berkaitan dengan kasus Lapindo, sebagai CEO saya akan secepat mungkin membicarakan keputusan manajemen. Dan jika menurut saya keputusan itu masih merugikan para korban, saya tidak akan tinggal diam. Bagaimanapun juga, korban selalu dipihak yang dirugikan. Kerugian harus tetap diganti dengan selayaknya. Posisi CEO memang posisi yang sangat prestise dalam organisasi besar sekelas Group Bakrie. Namun yang terpenting bagi saya adalah bagaimana saya bisa memaksimalkan posisi ini menjadi suatu keberhasilan yang barokah. Bermanfaat bagi diri saya, keluarga, saudara, dan masyarakat luas. Semoga kedepannya Group Bakrie bisa lebih baik hingga bisa merangkul masyarakat luas untuk maju bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar