Senin, 25 Juni 2012

Mitos dan Keindahan Alam; Dua Sisi Menuju Kesempurnaan Wisata
Mitos itu masih melekat di masyarakat sekitar. Adanya cerita tentang ular besar yang dulu bertapa disekitar pantai masih menjadi berita yang tidak bosan untuk kita dengar. Mitos dan keindahan alam. Dua sisi yang bertolak belakang namun perfect saat tersaji dengan kemasan yang menarik. Dan bagaimana dengan pantai Watu Ulo yang memiliki cerita tentang ular? Penasaran? Welcome to “The Watu Ulo Beach Story”.
Watu itu batu. Dan Ulo itu ular. Nama pantai Watu Ulo sudah sering didengar oleh masyarakat, terutama masyarakat Jember dan sekitarnya. Cerita yang sudah tercipta bahwa dahulu ada seekor ular yang bertapa di tepi pantai. Entah apa tujuan ular itu bertapa disana, yang jelas ketika permohonannya terkabul, ular itu berubah bentuk menjadi batu yang bersisik. Letak batu itu menjulur ke arah laut membentuk deretan batu bersisik seperti ular. Cerita itu dapat kita buktikan saat kita melihat langsung bagaimana bentuk batu yang mirip ular bersisik itu.
Pantai Watu Ulo tak beda jauh dengan pantai Parang Tritis. Sama-sama menyimpan satu cerita dan mitos-mitos tertentu. Dan keberadaan pantai Watu Ulo yang masih berada pada rangkaian pantai selatan semakin menambah aroma mistis yang beredar. Adanya pengunjung yang terhanyut arus ombak yang juga diduga sebagai korban atau tumbal dari penguasa pantai selatan membuat nama tempat wisata ini semakin berwarna. Namun cerita-cerita dibalik deretan pantai selatan belum seberapa dibandingkan dengan keindahan dan keelokan pantainya. Rasa takur dan penasaran akan cerita ular seolah sirna saat kaki menginjakkan area pantai. Menginjak pasir yang empuk dipinggir pantai, dan air pantai yang tak segan-segan menghampiri kaki meski hanya sekedar membasahi sebatas mata kaki. Dan ketika sedikit melangkahkan kaki, mata kita akan dimanjakan dengan pemandangan air yang jernih dan biru seolah mengajak pengunjung untuk membaur dengan ombak yang sesekali menghempaskan dirinya pada batu-batu yang bentuknya mirip ular bersisik itu. Ditambah dengan suara ombak yang menderu-deru beriringan dengan hembusan angin yang tidak lagi sepoi-sepoi. Bukan lagi angin yang membelai nyiur di pantai, melainkan angin yang seolah ingin berperang dengan arusnya ombak. Saling menghantam, tenang, dan mengantam lagi. Begitu seterusnya tiada henti. Proses alam yang begitu alami dan indah, dan tak ada satu pun yang dapat menghalangi ombak untuk terus bergulung, mengalir, menerjang dan mengalir lagi. Menakjubkan.
Deretan pantai selatan memang menakjubkan. Selain pemandangannya yang alami, ombak pun tak mau kalah. Besar dan hemmm.. jangan sekali-kali berenang terlalu jauh. Bisa-bisa badan kita akan terseret arus ombak besar hingga jauh ke dalam dan tak bisa kembali. Pantai yang sempurna, semakin indah dengan ombaknya.
Kesempurnaan pantai Watu Ulo juga terlihat dengan hadirnya gunung dan hutan yang berada disekitar pantai. Ditambah dengan bentangan pasir sepanjang pantai. Cocok sekali untuk menikmati sunset di sore hari.
Disisi lain, pantai Watu Ulo begitu unik. Terdapat goa Jepang yang dulunya digunakan oleh tentara Jepang sebagai tempat pengintaian musuh dan goa Kelelawar yang merupakan sarang kelelawar. Di goa itu akan kita jumpai ratusan ribu kelelawar. Adanya goa yang berdekatan dengan pantai menambah eksotika pantai dengan aroma mistis. Banyak orang yang memanfaatkan goa tersebut untuk meditasi atau bertapa. Hingga tak sedikit pula banyak orang yang menganggap goa itu keramat.
Elok, eksotik, dan mistis. Keelokan dan eksotika pantai Watu Ulo terbentuk secara alami. Sedangkan ritual masyarakat dan mitos yang ada terbentuk karena tradisi yang masih berlangsung hingga kini. Dua perpaduan ini semakin melengkapi nama besar pantai Watu Ulo. Di luar itu, apapun cerita yang terbentuk di masyarakat, pantai Watu Ulo adalah sebuah keindahan alam. Diciptakan untuk dinikmati dan disyukuri. Bukti kekuasaan Allah sang Maha Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar