Mitos
dan Keindahan Alam; Dua Sisi Menuju Kesempurnaan Wisata
Mitos itu masih melekat
di masyarakat sekitar. Adanya cerita tentang ular besar yang dulu bertapa
disekitar pantai masih menjadi berita yang tidak bosan untuk kita dengar. Mitos
dan keindahan alam. Dua sisi yang bertolak belakang namun perfect saat tersaji dengan kemasan yang menarik. Dan bagaimana
dengan pantai Watu Ulo yang memiliki cerita tentang ular? Penasaran? Welcome to “The Watu Ulo Beach Story”.
Watu itu batu. Dan Ulo
itu ular. Nama pantai Watu Ulo sudah sering didengar oleh masyarakat, terutama
masyarakat Jember dan sekitarnya. Cerita yang sudah tercipta bahwa dahulu ada
seekor ular yang bertapa di tepi pantai. Entah apa tujuan ular itu bertapa
disana, yang jelas ketika permohonannya terkabul, ular itu berubah bentuk
menjadi batu yang bersisik. Letak batu itu menjulur ke arah laut membentuk
deretan batu bersisik seperti ular. Cerita itu dapat kita buktikan saat kita
melihat langsung bagaimana bentuk batu yang mirip ular bersisik itu.
Pantai Watu Ulo tak beda
jauh dengan pantai Parang Tritis. Sama-sama menyimpan satu cerita dan
mitos-mitos tertentu. Dan keberadaan pantai Watu Ulo yang masih berada pada rangkaian
pantai selatan semakin menambah aroma mistis yang beredar. Adanya pengunjung
yang terhanyut arus ombak yang juga diduga sebagai korban atau tumbal dari
penguasa pantai selatan membuat nama tempat wisata ini semakin berwarna. Namun
cerita-cerita dibalik deretan pantai selatan belum seberapa dibandingkan dengan
keindahan dan keelokan pantainya. Rasa takur dan penasaran akan cerita ular seolah
sirna saat kaki menginjakkan area pantai. Menginjak pasir yang empuk dipinggir
pantai, dan air pantai yang tak segan-segan menghampiri kaki meski hanya
sekedar membasahi sebatas mata kaki. Dan ketika sedikit melangkahkan kaki, mata
kita akan dimanjakan dengan pemandangan air yang jernih dan biru seolah
mengajak pengunjung untuk membaur dengan ombak yang sesekali menghempaskan
dirinya pada batu-batu yang bentuknya mirip ular bersisik itu. Ditambah dengan
suara ombak yang menderu-deru beriringan dengan hembusan angin yang tidak lagi
sepoi-sepoi. Bukan lagi angin yang membelai nyiur di pantai, melainkan angin
yang seolah ingin berperang dengan arusnya ombak. Saling menghantam, tenang,
dan mengantam lagi. Begitu seterusnya tiada henti. Proses alam yang begitu
alami dan indah, dan tak ada satu pun yang dapat menghalangi ombak untuk terus
bergulung, mengalir, menerjang dan mengalir lagi. Menakjubkan.
Deretan pantai selatan
memang menakjubkan. Selain pemandangannya yang alami, ombak pun tak mau kalah.
Besar dan hemmm.. jangan sekali-kali berenang terlalu jauh. Bisa-bisa badan
kita akan terseret arus ombak besar hingga jauh ke dalam dan tak bisa kembali. Pantai
yang sempurna, semakin indah dengan ombaknya.
Kesempurnaan pantai
Watu Ulo juga terlihat dengan hadirnya gunung dan hutan yang berada disekitar
pantai. Ditambah dengan bentangan pasir sepanjang pantai. Cocok sekali untuk
menikmati sunset di sore hari.
Disisi lain, pantai
Watu Ulo begitu unik. Terdapat goa Jepang yang dulunya digunakan oleh tentara
Jepang sebagai tempat pengintaian musuh dan goa Kelelawar yang merupakan sarang
kelelawar. Di goa itu akan kita jumpai ratusan ribu kelelawar. Adanya goa yang
berdekatan dengan pantai menambah eksotika pantai dengan aroma mistis. Banyak
orang yang memanfaatkan goa tersebut untuk meditasi atau bertapa. Hingga tak
sedikit pula banyak orang yang menganggap goa itu keramat.
Elok, eksotik, dan
mistis. Keelokan dan eksotika pantai Watu Ulo terbentuk secara alami. Sedangkan
ritual masyarakat dan mitos yang ada terbentuk karena tradisi yang masih
berlangsung hingga kini. Dua perpaduan ini semakin melengkapi nama besar pantai
Watu Ulo. Di luar itu, apapun cerita yang terbentuk di masyarakat, pantai Watu
Ulo adalah sebuah keindahan alam. Diciptakan untuk dinikmati dan disyukuri.
Bukti kekuasaan Allah sang Maha Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar