Jumat, 01 Maret 2013

Selangkah Hari ini, Selamat Selamanya




Tak terasa tahun 2012 telah terlewati. Issue kiamat 2012 yang pernah menggemparkan dunia karena adanya anggapan kiamat akan terjadi telah terbantahkan. Karena ternyata, hingga detik ini, proses hidup dan kehidupan masih berjalan. Karena jika kiamat itu benar terjadi, maka mahluk hidup yang ada dibumi serta isinya akan hancur dan luluh lantak. Dan kehidupan dimuka bumi ini telah terhenti. Namun fakta akan selalu berbicara. Tak ada yang bisa menebak atau mendahului takdir. Meski tak bisa dipungkiri tentang kiamat itu pasti terjadi. Namun kapan waktunya, itu lah yang masih menjadi misteri.

Kiamat memang belum memasuki fase dalam kehidupan manusia saat ini. Namun tanda-tanda akan berakhirnya proses kehidupan dimuka bumi sudah mulai terlihat. Berbagai malapetaka sudah datang silih berganti. Sederatan bencana di tahun 2013 ini sudah menanti. Banjir bandang, badai angin puting beliung, mencairnya es dikutub utara, kemarau berkepanjangan, meningkatnya  suhu lautan dan bencana-bencana lain semakin menghiasi hari-hari manusia. Bencana itu terjadi bukan kemauan alam yang tanpa sengaja. Alam yang saat ini sedang tidak bersahabat dengan  bumi dan manusia adalah unsur kesengajaan. Ulah manusia yang tak berpikir panjang dan berpandangan luas. Pengambilan sikap dan keputusan dari setiap tindakan dan perilaku manusia kini hanya memikirkan keuntungan dan kesenangan hidup sesaat. Seperti pembangunan rumah kaca, penebangan hutan tanpa penanaman kembali, penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas bumi yang terus menerus telah menjadi memicu terjadinya perubahan iklim. Pemanasan global yang kita rasakan ini adalah dampaknya. Dan efek dari pemanasan global ini sendiri telah berwujud menjadi bencana alam itu sudah kita rasakan. Bumi telah rusak. Dan manusia terkena imbasnya.

Perubahan iklim telah merubah pola hidup manusia. Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan rata-rata udara dipermukaan tanah 0,5˚C. Jika dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0˚C antara tahun 2020 hingga 2050. Peningkatan suhu udara ini adalah dampak dari perubahan iklim akibat pemanasan global. Kondisi ini membawa perubahan dalam pola hidup masyarakat. Diantaranya:
1.      penurunan hasil  pertanian dan perkebunan akibat dari cuaca yang tak menentu dan buruknya cuaca. Bahkan perubahan cuaca juga menyebabkan para petani gagal panen. Dari penurunan hasil pangan tersebut, harga pangan di masyarakat semakin meningkat. Dan masyarakat dengan penghasilan rendah semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
2.      Adanya peningkatan suhu panas bumi menuntut adanya penggunaan energi yang berlebih. Dan tentu hal ini akan memicu lebih banyak lagi emisi.
3.      Semakin sedikitnya ketersediaan sumber mata air di bumi. Hal ini menyebabkan kurangnnya ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Keterbatasan air bersih ini mempengaruhi  tindakan dan perilaku masyarakat ke dalam pola hidup yang tidak  bersih dan tidak sehat. Akibatnya kesehatan masyarakat terganggu dan timbul berbagai macam penyakit.
4.      Akibat banjir bandang yang tidak hanya membawa kiriman air, namun juga membawa sampah dan material lain menyebabkan sampah memasuki pemukiman padat penduduk. Penumpukan sampah dan material yang tak terkendali ini membuat sampah membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dan akibatnya timbul berbagai macam penyakit. Bencana banjir juga membawa dampak kerusakan pada infrastruktur. Kegiatan dan rutinitas masyarakat semakin terhambat dan terganggu.

Bencana akibat perubahan iklim ini sudah tidak bisa dihindari lagi. Penderitaan yang masyarakat rasakan ini juga tidak bisa dibiarkan begitu saja. Petaka dan bencana memang sudah sering terjadi, dan dapat dikatakan bahwa bencana yang terjadi sepanjang tahun bagai tradisi yang sudah biasa terjadi. Fakta dari pengalaman bencana yang sering terjadi tentu dapat menjadi pelajaran penting untuk mencari jalan keluar dan solusi yang lebih bijak.

Untuk mengurangi perubahan iklim yang semakin buruk, banyak hal yang bisa dilakukan. Diantaranya adalah:
1.      Memperlambat pertumbuhan emisi dibeberapa negara industri.
2.      Melindungi hutan tropis, hutan sub tropis, dan melakukan upaya menggalakkan hutan mangrove kembali. Hal ini sangat membantu untuk menstabilkan kembali perubahan iklim yang saat ini terjadi. Dan seberapapun mahalnya langkah ini, realisasi akan terlaksananya sangat di nanti dan menjadi satu titik terang bagi penyelamatan bumi dan penghuninya.
3.      Penolakan secara tegas atas tindakan beberapa negara dalam penggunaan tenaga nuklir untuk berbagai kepentingan. Ini penting untuk mencegah semakin memburuknya iklim di bumi.
4.      Memberdayakan penggunaan energi baru dapat menjadi satu alternatif yang paling efektif dan efisien. Misalnya pendayagunaan energi air, angin, bahkan sinar matahari yang dapat diekploitasi secara tepat guna dengan kecanggihan technologi yang ada saat ini.
5.      Mengurangi penggunaan rumah kaca yang berlebihan.

Langkah-langkah untuk memperbaiki iklim yang telah berubah memang harus segera dilakukan. Dan disisi lain, pengalaman dalam mengatasi bencana akibat perubahan iklim juga perlu mendapat perhatian khusus. Karena dari berbagai pengalaman yang pernah terjadi, penanggulangan bencana yang ada di Indonesia tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan. Tindakan  pemerintah dan pihak-pihak terkait dengan penanggulangan bencana masih dinilai lamban. Pemerintah dapat berkaca dan belajar pada negara lain yang mampu memberikan penanggulangan secara cepat dan tepat. Hal ini sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya korban dan dampak lain di masyarakat seperti trauma berkepanjangan. Karena kesigapan pemerintah menanggulangi bencana memberi ruang bagi masyarakat untuk keluar dari kesedihan dan kesulitan.

Berkaca dan bercermin pada kejadian masa lalu sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setelah bencana. Dan dalam proses peningkatan ini, perlu adanya peran serta dari pemerintah, masyarakat luas, dan partisipasi beberapa organisasi peduli bencana dan lingkungan baik lokal, nasional, dan internasional. Termasuk partisipasi dari Oxfam sebagai organisasi internasional dengan bidikan visi dan misi akan kepedulian yang tinggi terhadap dampak pemanasan global. Oxfam adalah konfederasi internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan. Dan sebagai negara yang berlangganan bencana, keberadaan Oxfam sangat berperan penting didalamnya. Juga sebagai stimulus bagi organisasi lain didunia untuk melakukan aktivitas dan kepedulian yang sama dalam penyelamatan kehidupan manusia. Karena membuat langkah positif hari ini, akan berbuah ribuan langkah positif lainnya di hari esok dan selamanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar